Kamis, 29 Juli 2010

Story Behind The Song 1 : One Less Lonely Girl (Justin Bieber)

"Ki, hari ini kuliahnya bareng ya.. Denis ga jemput aku. Thx"
Itu sms pertama yang aku terima hari ini. Sender nya tetap sama : Aryn.
Setelah mendapat sms itu, aku langsung bergegas mandi dan bersiap-siap jemput Aryn sebelum berangkat ke kampus.
Sampai di depan rumah Aryn, wajahnya tampak murung (sama seperti hari-hari sebelumnya), dan walaupun aku sudah pasti tau alasannya apa, aku tetap bertanya sambil menghela napas.
"Sekarang apalagi Ryn?" sapaku ketika Aryn baru saja masuk ke mobilku dan duduk manis.
"Ngga kenapa-kenapa kok. Kamu aja mikirnya aneh-aneh" jawabnya sambil memasang seatbelt.
"Gausah bohong kali, aku kenal kamu bukan 1-2 hari, dari SD lho, Ryn"
"Iya iya, ntar aja ceritanya. Aku mau ngapalin bahan UTS dulu"

Namanya Karyna Agasitha. Iya, dia teman aku sejak SD. Dan sampe sekarang, kita selalu satu sekolah, bahkan sampe kuliah. Ga tau kenapa. Padahal aku tau, sebagai cowok, aku IQ nya pasti jauh dibawah Aryn. Dia lebih teliti, kalo aku mungkin cuma modal nyontek dan kebeuntungan bisa masuk sekolah dan universitas favorit.
Dunia emang ga adil ya? Hahaha. Di kala SNMPTN , Aryn kerja keras dengan belajar dan ikutan bimbel, aku masih inget apa yang aku lakuin 1 hari sebelum SNMPTN : main game online sampe pagi.
Tapi hasilnya tetep sama. Aku dan Aryn masuk ke FIKOM Unpad. Hahahaha...

Aku juga tau semua kisah cinta Aryn. Dia bukan tipe cewek yang suka pacaran. Masa remaja Aryn (SMP dan SMA), dia abisin buat belajar dan belajar. Aryn sedikit jutek sama cowok-cowok yang pada saat itu nyobain deketin dia. Alesannya cuma 1 "Aku ngejar beasiswa, aku ga mau pacaran".
Beda sama aku yang ga puas kayanya kalo ga macarin cewek - cewek beken di sekolah. Tapi please, aku sadar kok aku salah. Makanya aku milih buat jadi cowok baik-baik sekarang.

Dinding nya Aryn goyah waktu dia ketemu cowok yang namanya Dennis. Aryn kenal Dennis dari suatu event. Waktu itu Aryn jadi panitia nya dan Dennis jadi pesertanya. Kompetisi skateboard.
Mereka pun dekat dan semakin dekat, sampai akhirnya jadian 1 tahun yang lalu. Yea, aku ikut seneng walaupun ga tau kenapa, aku ada perasaan ga enak sama Dennis ini. That's why, aku dan Dennis ga pernah akrab. Ga sekali dua kali aku dan Aryn berantem gara-gara Dennis atau sebaliknya.

Dan perasaan "ga enak" aku terjawab 1 bulan terakhir ini....

"Woy neng Aryn! Beneran ga mau cerita dulu??" tanyaku meyakinkan Aryn. Mataku sambil sibuk mencari tempat parkir. Ah damn, parkiran kampus Jatinangor ini penuh kalo pagi-pagi!
"Ngga, Kikiiii! Ntar aja!"
"Yaudah kalo gitu aku duduk deket kamu ya! Nyontek, sistaaaa! Hahahhaha" Aryn cuma bisa senyum. Manis kamu, Ryn...


Selesai UTS, Aryn mengajakku makan siang. Dia bilang kalo dia pengen makan siang di "kota", maklum Jatinangor emang "pinggiran". LOL.
Aku pun mengikuti apa yang dia mau. Dengan semangat, aku menyetir mobilku menuju satu cafe di daerah Dago atas. Jauh sih, tapi, as long as it makes her feel better, I'd do that.
"Tumben ngajaknya ke tempat kaya gini, biasanya kan kamu kere!" kata Aryn.
"Idih! Jangan kira aku bayarin ya Ryn. Aku sengaja ngajak kamu kesini karena aku mau makan enak! Dan gratis! Wahahhahaa.."
"Kurang ajar, kritingggg!" balas Aryn sambil menjambak rambut kritingku ini.
Aku dan Aryn pun masuk ke cafe yang nyaman banget itu. Yeah, I really love the view. Terakhir kesini kapan ya? Mungkin sekitar 2 atau 3 taun yang lalu. Sama siapa ya? Nanda? Firda? Ah well, forget it.
"Aku mau pesen es krim ya Kii.."
"Ngga! Gila ya! Bronchitis kamu kambuh aku yang repot neng! Aku cape loh ngangkut2 kamu ke mobil. No way!"
"Boleh donk Ki, aku stresss, pengen eskrimmmm"
"Aryn plis!" kali ini aku tegas. Dan Aryn pun takut.
"Yaudah, teh manis anget aja ya, Ki..."
Aku pun memanggil waitress dan memesan semua pesanan kita.
"Jadi, mau cerita ngga?" tanyaku.
"Ya gitu.."
"Gitu apa, Aryn?"
"Dennis..."
"Iya aku tau. Dia kenapa?"
"Ga ngerti, kemarin ada cewek nelpon aku dan ngaku-ngakunya pernah jalan sama Dennis"
"Haduh, againnnn?"
"Ga ngerti, Ki" wajah Aryn mulai tampak sendu.
"Apa sih yang ada di pikiran kamu Ryn?"
"Aku sayang Dennis, Ki..
"Lebih sayang sama diri kamu sendiri, Ryn? Ga cape nangis tiap malem? Ga sayang sama penyakit bronchitis kamu yang suka kambuh gara-gara malem-malem ke rumah dia cuma minta kejelasan?"
"Cape, Ki.."
"Kalo cape? Bukannya harus istirahat ya?"
"Iya, tapi aku sayang Dennis."
Percakapan kita terpotong saat waitress mengantarkan pesanan kita. For God's sake, aku bosen denger Aryn ngomong sayang Dennis apalah apalah...
Selesai makan, aku memutuskan untuk mengantar Aryn pulang.Pulang terlalu malam ga bagus buat kesehatan dia. Ah shit, waktu aku liat dia berdiri, aku baru sadar, Aryn makin kurus sekarang. Fck you, Dennis!
"Besok aku jemput lagi apa gimana?" tanyaku pada Aryn.
"Nanti aku kabarin ya! Siapa tau Dennis ga sibuk besok."
"Okay baiklah, aku pulang Ryn.."
"Makasi ya Kiki.."
Aku pun menyalakan mesin mobilku, dan Aryn masuk ke rumahnya. Tapi aku ingat..
"Ryn!" ujarku setengah berteriak. Aryn membalikkan badannya."Ya ki?"
"Vitaminnya jangan lupa diminum ya!" Aryn cuma senyum.



Besoknya aku tidak menerima sms dari Aryn buat jemput dia. Oh okay, mungkin Dennis yang nganter Aryn ke kampus. Baguslah.
Dan benar saja, sesampainya di kampus, aku melihat mobil Getz hitam di depan gerbang kampus, Aryn keluar dari mobil itu. At least, I can see her smile today, yeahhh.. Aryn tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah Dennis setelah keluar dari mobil.
Hope everything is fine for you today, dear Aryn..

Siangnya, Aryn memintaku mengantarnya ke supermarket. Katanya dia mau masak hari ini.
"Sejak kapan bisa masak Ryn?" tanyaku sambil membawa keranjang belanjaan Aryn.
"Sejak aku tau kalo Dennis suka cewek yang pinter masak!" jawabnya sambil memilih-milih daging sapi.
"Oh bagus deh. Udah baikan kalian?"
"Udah. Ah yang kemarin nelpon aku cuman cewek gatel kata Dennis." aku cuma bisa mengiyakan. Bukannya udah ada 5 cewek yang nelpon Aryn dan pembelaan Dennis cuma "cewek gatel"?
"Terus niatnya kamu masak apa Ryn?"
"I dunno. Rendang kali ya! Eh aku blom kasih tau kamu kalo malem ini aku sama Dennis mau ngerayain 1 tahun 3 bulanan-nya kita! Makanya aku masak! Hihi.." Hey Aryn, aku ga pernah lupa tanggal jadian kalian kok, 11 Maret 2009, dan setiap tanggal 11, kamu selalu punya sesuatu yang spesial. Dennis ngga.
Selesai belanja selama 1 jam, aku mengantar Aryn pulang. Nampak wajahnya yang berseri-seri. Ya aku tau dia mengharapkan sesuatu yang spesial di malam ini.
"Kalo Dennis ngelamar aku malem ini gimana Ki?"
"Emm, ya baguslah. Berarti dia sadar kalo kamu emang baik buat dia.."
Itu pertanyaan bodoh yang sangat sering aku dengar dari mulut Aryn. Dan ternyata, sejak awal mereka jadian, Dennis selalu menjanjikan "pernikahan" adalah tujuan pacaran mereka. Good boy, Dennis, mungkin buat lo, nyakitin Aryn lagi dan lagi juga tujuan dari pernikahan. Once again, fck you, Dennis.


Beda sama malam-malam aku 1 bulan terakhir ini, malam ini nampaknya handphone aku bakal sepi dari sms atau telpon Aryn. Yea, aku berharap demikian, karena Aryn dan Dennis bakal ngerayain 1 tahun 3 bulanan nya mereka.
Aryn bilang Dennis bakal dateng ke rumahnya dan makan malem sama Aryn di taman belakang (tempat dimana aku dan Aryn sering main petak umpet jaman SD).
Okay baguslah. Nampaknya aku cuma bakal main game online sepanjang malam iniuntuk sedikit melupakan dan berhenti membayangkan apa yang Aryn dan Dennis lakukan..Goddamn).


Jam di laptop ku menunjukkan pukul 23.00. Tiba-tiba, hapeku yang daritadi silent, terdengar nada sms. Aku buka dan isinya dari Aryn. Just a simple sms "Kiki...". Aduh kenapa lagi nih anak?
Karena aku bukan tipe cowok yang suka mengetik keyboard handphone, aku memutuskan untuk langsung menelepon "sahabat" ku ini.
"Ya Ryn?" tapi Aryn sama sekali ga bicara. Yang aku dengar cuma suara nangis."Ryn?" ucapku sekali lagi.
"Ki....." ucapnya ringkih.
"Yaaaa......."
"Dennis..."
"Iya kenapa Ryn?"
"Kiki kesini, plis...."
"Iya tunggu ya! Bentar lagi aku kesana ya.."
Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju rumah Aryn. Ngebut? Iya! Kecepatan ekstra!
Dan yang kutemui disana adalah gadis manis berambut sebahu dengan maxi dress bermotif bunga-bunga. Cantik, sumpah cantik. Aku ga pernah liat Aryn seperti ini sebelumnya! Tapi.. Airmata yang jatuh di lantai, bikin gadis cantik ini rapuh.
Gadis cantik ini langsung memelukku setibanya aku di pintu rumahnya.
Fakkkk! Aku belum pernah dapet pelukan dari Aryn sebelumnya..Walaupun dia sahabatku dari SD.
Aku cuma bisa diam, pundakku basah oleh airmata Aryn. Ga bisa, aku ga bisa bergerak sama sekali. Deg-degan setengah mati dipeluk Aryn kaya gini. No, it's different from other girls' hugs.
"Kenapa Ryn?" ucapku. Bibirku bergetar. Gatau, deg-degan aja. I love this hug. I love this, Aryn, don't you realize that?
"Dennis..Dennis jahat, Ki..Jahat banget sama aku!!!!!" nangisnya makin keras.
"Jangan nangis, Ryn, pliss..." aku melepaskan pelukan Aryn dan mengajaknya duduk di sofa.
"Sini cerita.."
Walaupun masih nangis, Aryn berusaha menceritakan semua.
Malam ini seharusnya jadi malam yang spesial buat mereka berdua, emm, Aryn maksudku. Dennis datang, tepat jam 7 malam tadi.
Sebelum makan malam masakan Aryn, mereka berdua ngobrol banyak, dan ada satu moment dimana mereka menemukan momen yang "akrab". Masalah kissing udah biasa dalam pacaran. Tapi tiba-tiba, Dennis mengajak Aryn untuk melakukan "hal" yang seharusnya ngga dilakukan sama pasangan yang belum nikah. Tentu Aryn menolak. Dan Dennis awalnya cuma kesel dan coba ngerayu lagi, tapi Aryn tetep nolak. Seketika itu, Dennis marah dan ngomong hal yang sebenernya ga perlu diomongin.
"Dennis bilang gini, Ki..."
"Bilang apa?"
"Kamu tuh ya, susah banget. Jangan so so ga butuh deh! Dulu juga sering aku kaya gini sama mantan-mantan aku. Yang ini, cantik ngga, so jual mahal! Udah ah, ngabisin waktu tau ngga!" Aryn bilang, Dennis langsung pergi. Tanpa mencicipi makanan yang Aryn bikin sepanjang siang tadi.
Ga cukup sampe disitu, 10 menit setelah Dennis pergi, Aryn menerima sms dari salah satu "cewek gatel" yang pernah meneror Aryn malam sebelumnya. Isinya, masih disimpan oleh Aryn dan aku baca langsung dari layar handphone nya.
"Sumpah Ryn, aku ga bohong demi Tuhan. Dennis tuh co brengsek. Minggu lalu dia cek in sama aku, udh gtu dia ninggalin aku gtu aja!"
Okay, alibi Dennis minggu lalu adalah dia mengikuti kompetisi skateboard di Jakarta. See, he lies again and again.
"Aku bingung Ki..." ucap Aryn. Nangisnya makin menjadi-jadi.
"Bingung apalagi, Ryn? Yang harus kamu lakuin skrg cuma satu, tinggalin dia.."
"Aku terlalu sayang sama Dennis, Ki.."
"Tapi kamu ga buta kan, Ryn??"
"Aku ga tau............................" lagi dan lagi Aryn menangis lebih kencang, dan dia "meminjam" pundakku.
"Aku harus ketemu Dennis" ujarku.
"Ngga, Ki, plis..Kamu disini aja, temenin aku, plis....."
Aku cuma bisa mengangguk. Dan malam itu pun, Aryn tidur di pangkuanku.. Dia tertidur pulas dengan perasaan patah hatinya. Aku cuma bisa liat mimik mukanya yang luar biasa kecewa, sedih dan bingung. Dan aku tau, tidur dengan posisi ini, ga kamu dapetin dari Dennis selama 1 tahun 3 bulan, Ryn...

Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi. Aku menyiapkan sarapan buat Aryn. Dia ga pernah tau kalo aku bisa masak. Geez, hope it would be a surprise.
"Ki..." ucapnya ketika dia bangun.
"Ya Ryn?" jawabku yang pada saat itu lagi asyik melihat wajah Aryn yang innocent banget kalo tidur.
"Kamu ngeliatin apa sih?" tanyanya sambil berusaha bangun dari tidurnya.
"Sumpah ya, aku temenan sama kamu dari Sd dan baru kali ini ngeliat wajah kamu kalo lagi tidur. Lucu abis! Hahhahaa.."
"Kurang ajar kriting!"
"Ryn, nih aku bikinin sarapan!" aku menyodorkan nasi goreng dengan telur mata sapi pada Aryn.
"Ah pasti ini bikinan bibi!"
"Enak aja! Ini aku yang masak! Rendang yang tadi malem kamu masak, aku campurin kesini. Cobain donk!"
Aryn pun mencoba nasi goreng yang aku buat untuknya.
"Enakkkkkk!" ujarnya dengan wajah ceria. "Enak banget, Ki! Aku abisin ya!" I love to see your smile, Aryn..Walaupun aku yakin, banyak luka dibalik senyuman kamu..
Sambil terus ngeliatin Aryn makan dengan lahap, tiba-tiba terbesit ide cemerlang di otakku.
"Bolos kuliah yuk!" ucapku.
Aryn pun berhenti melahap nasinya sesaat dan bengong "Hah? Kenapa?"
"Kita ke pantai yuk!"
"Pantai?"
"Hmm, lupa nih ya! Rumah tante aku yang di Anyer kan deket pantai!"
"Oh iyaaaaa! Beneran, Kii? Hari ini? Sekarang banget?"
"Iya! Abis makan, kamu packing terus kita berangkat! Gimana?"
"Mauuuuuuuuuuuuuuuu!" Aryn pun menyimpan piring berisi nasi gorengnya di meja dan kontan memelukku erat dengan ceria.

See, I can fix up your borken heart, Ryn.. And I can make you a brand new start. I promise, there will be one less lonely girl.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar